Mental Pemain Jadi Alasan Indonesia Gagal di BWF World Championships
PBSI gagal mememuhi target meraih dua gelar di BWF World Championships 2023. Persoalan mental diakui sebagai salah satu penyebabnya.
Alih-alih merebut dua gelar di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2023, PP PBSI kembali memperpanjang puasa gelar di ajang level Grade 1 pada tahun ini.
Membawa 14 wakil ke Copenhagen, Denmark, tak satupun yang bisa meraih gelar juara. Kejutan terjadi ketika Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti melaju ke final ganda putri.
Mereka gagal merebut gelar setelah dikalahkan pasangan China Chen Qing Chen/Jia Yi Fan dua game langsung 16-21, 12-21. Kabid Binpres PBSI Rionny Mainaky mengakui mental menjadi salah satu faktor kegagalan timnya.
“Secara umum, kita gagal memenuhi target di Kejuaraan Dunia 2023. Hanya Apri/Fadia di ganda putri yang maju ke final. Sementara sektor yang lain, tidak berhasil mencapai target. Mereka semua sebenarnya sudah tampil maksimal, namun belum cukup mengantarkan pemain-pemain Indonesia terus melaju ke babak akhir untuk jadi juara,” kata Rionny dalam keterangan tertulis.
“Kita apresiasi perjuangan Apri/Fadia yang tidak diunggulkan di posisi atas, tetapi bisa tampil konsisten hingga maju ke final. Harus diakui, ganda putri China itu tampil lebih baik di final. Mental Apri/Fadi memang bagus, tetapi lawan lebih baik lagi.”
“Harus disadari tampil di kejuaraan besar seperti Kejuaraan Dunia ini, faktor mental jadi dominan dan penentu kemenangan. Mental ini tak hanya berhubungan dengan soal fighting spirit saja, tetapi juga berdampak ke segi yang lain. Kalau mental tak kuat, akan berpengaruh ke berbagai segi saat pemain bermain di lapangan. Bisa berimbas ke teknik yang dimiliki hilang. Ketrampilannya tidak muncul. Juga kelincahan dan pergerakan terasa lambat,” Rionny menjelaskan.
Baca juga: Bagaimana Performa Gregoria dan Putri KW di Kejuaraan Dunia? |
Eks pelatih kepala Timnas Jepang ini juga menyoroti penampilan Fajar/arian yang tak bisa maksimal. Padahal keduanya merupakan ujung tombak. “Mereka mendapat tekanan, sehingga power, speed, dan fokus tak bisa mengatasi lawan. Memang sudah bisa menyerang tapi tak tembus,” katanya.
“Di ganda campuran, harus diakui, pemain-pemain kita kalah kelas. Bisa melawan, tetapi belum bisa mengalahkan lawan yang saat ini menduduki posisi di top 4 dunia,” lanjutnya.
“Untuk Gregoria, sayang tidak bisa memanfaatkan kesempatan. Waktu lawan Akane malah banyak melakukan kesalahan sendiri. Asal bermain normal dan fokus, harusnya dia bisa. Dia banyak melakukan kesalahan sendiri.”
“Untuk semua sektor, dan khususnya tunggal putra, pemain harus lebih menyadari bahwa tampil di Kejuaraan Dunia itu berbeda. Prestasinya sangat diharapkan dan ditunggu masyarakat Indonesia. Target itu jangan jadi beban, tetapi ini membawa tanggung jawab bagaimana harus bisa tampil bagus dan juara,” kata Rionny.
Rionny lantas berharap kegagalan di Kejuaraan Dunia ini dapat dijadikan pelajaran dalam menatap turnamen-turnamen mendatang.
“Kegagalan ini harus menjadi pelajaran penting agar tidak gagal lagi di kejuaraan-kejuaraan penting dan event lainnya ke depan. Kita harus segera bersiap lagi menghadapi kejuaraan-kejuaraan selanjutnya,” Rionny mengharapkan.
Baca juga: Pelatih: Hasil Apri/Fadia di Kejuaraan Dunia Pantas Diapresiasi |